Monday, January 5, 2009

Jakarta Tidak Seindah Dulu

Tahun 2008 kemarin hanya 2x saya menginjakkan kaki di tanah air tercinta. Yang pertama untuk merayakan hari istimewa umat Islam bersama keluarga tercinta, dimana saat itu saya hanya 10 hari saja dan dipotong oleh rutinitas-rutinitas sewaktu lebaran yang selalunya diadakan di Bandung bersama keluarga tercinta saya sehingga semakin berkuranglah waktu saya menetap di Ibukota kita ini.

Dan akhirnya untuk yang kedua kalinya saya menginjakkan kaki lagi di tanah air tercinta. Pada saat ini hati dan pikiran saya lebih ringan, dikarenakan saya akan kembali ke tanah air untuk menjalani liburan saya yang telah tertunda 10 bulan. Tentunya diiringi dengan semangat yang menggebu-gebu sewaktu meninggalkan lingkungan kampus yang penuh dengan target sana-sini.

Hari pertama di Jakarta, saya melihat hiruk-pikuknya ibukota yang penuh dengan kendaraan dimana-mana. Padatnya lalu-lintas di jalanan, dan juga ketidak ramahan para pengemudi kendaraan di ibukota. Entah saya yang terlalu lama tidak melihat kehidupan di tanah air saya ini atau memang saya terbiasa dengan lalu lintas negara jiran? Begitu dahsyatnya melihat para pengemudi sepeda motor yang selalu merasa diri dia kecil sehingga bisa masuk kanan kiri sesuka hati mereka, dan juga para pengemudi bas metromini maupun damri yang merasa tidak bakal ada yang berani dekat-dekat dengan badan mereka yang besar dan juga pasti semua orang percaya klo mereka tidak akan mampu mengganti biaya ganti rugi atas kerusakan yang dibuatnya.

Hampir setiap hari saya keluar rumah. Siang hari, sore hari, malam hari tetap lalu lintas sangat padat, apalagi jumat malam dan malam minggu, bahkan hari minggu siang yang seharusnya dijadikan acara keluarga tetapi tetap saja tidak mempengaruhi arus lalu-lintas ibukota. Sungguh tidak bersahabatnya lalu-lintas di Jakarta.

Ditambah lagi setiap saya pergi ke suatu tempat, pasti teringat kenangan-kenangan yang sudah lalu. Disaat kami semua masih bisa berkumpul tertawa dan mengeluh bersama-sama tp sekarang semua orang sudah sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tidak pernah lagi saya merasa bisa bercerita dan mengeluh dengan sepuasnya, tidak ada lagi saat-saat kita semua tertawa bersama, tidak bisa lagi kami berkumpul di tempat yang sama dan mengulangi masa-masa indah dulu.

Apakah hidup akan terus seperti ini?
Tidak akan pernah bisa mengulang kenangan manis yang telah lalu?
Paling tidak izinkan saya merasakan saat-saat indah seperti dulu

7 comments:

Anonymous said...

Yesterday is history.
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift.
I heard this today and I liked it. Do you?

bigisbeautiful said...

siapa sih yg di atas...
setuju aku.
semangat vi menuju hari yang cerah hahahahaha..

viasibocahoke said...
This comment has been removed by the author.
Mencoba Exist said...

cah ko kamu ga crt ttg kedatangan seorang teman yg special dari Bandung!!hahahaha

kan supaya eksis!!hoho

viasibocahoke said...

Yesterday is history.
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift.
and that's why it's called present, isn't it?

Did u mean u like that quotes or u had heared my story?but yes for both huehuhe

ayoayo smngatin aku terus de!

iya nanti dbuat deh crita spesial buat org yg dtg dr bdg!!

;)

Anonymous said...

hahaa,,lanjutannya ga mesti yg itu vi..yg ini lanjutannya "I heard this today and I liked it. Do you?"

yahh pd intinya, get a life...heuheuheue

viasibocahoke said...

klo versi yg gw baca ya akhirnya itu, and that's why it's called present. klo punya lo ko artinya jd ga nymbung?huehuehe intinya mah enjoy your life because its a gift huehuhe

Daisypath Vacation Ticker